Oleh: Ahmadun Al Rusdi
Sudah
saatnya persepak-bolaan Indonesia bangkit. Sudah saatnya kita menyingkirkan
sejenak impian indah masa lalu dan berjuang untuk kembali mewujudkan
mimpi-mimpi tersebut untuk kejayaan masa yang akan datang. Terpilihnya Djohar
Arifin Husin dan Farid Rahman sebagai Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum Persatuan
Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) 2011/2015, melalui Kongres Luar Biasa (KLB) waktu itu,
di Solo, Jawa Tengah, sedikit memberikan angin perbubahan di benak masyarakat
Indonesia. Walaupun belum seutuhnya dapat disimpulkan, namun
reorganisasi suatu lembaga tentu akan memberikan perubahan-perubahan baik itu
siginfikan ataupun tidak. Salah satu yang menjadi Indikasi yakni meningkatnya prestasi timnas kita, paling menonjol adalah timnas Indonesia U-19 di bawah asuhan Indra Sjafri.
Namun, yang patut kita ketahui bahwa
untuk menuju kemajuan sepak bola Indonesia sendiri, perjalanan masih sangat
panjang dan memerlukan semangat perubahan serta perubahan. Itu semua bisa
dimulai dari sekarang. Kerja keras dari berbagai pihak (tidak hanya PSSI, red) termasuk dukungan dari pemerintah
sangat diperlukan dalam proses kemajuan ini. PSSI sebagai penguasa tertinggi
persepak-bolaan negeri ini, memiliki pekerjaan rumah yang cukup banyak demi
kebangkitan sepak bola Indonesia. Pekerjaan rumah tersebut diantaranya:
Pertama, PSSI harus
fokus pada pembinaan pemain muda. Pencarian bibit unggul daerah dapat dilakukan
dengan cara pengadaan kompetisi di tiap daerah. Kemudian tim pemandu bakat
mulai bekerja memantau sampai ditemukan bibit muda berbakat dan berkemauan
tinggi mengembangkan kemampuan sepak bolanya. Kemudian, konsentrasi PSSI harus
difokuskan ke pembinaan dan latihan terpadu terhadap bakat-bakat muda tersebut.
Kedua, PSSI harus melengkapi segala
fasilitas olah raga dan mencari tim pelatih yang handal. Kemampuan pemain tidak
dapat terasah dengan baik apabila tidak didukung dengan fasilitas dan program
pembinaan yang berkualitas. Dengan usaha yang keras dan intensif, nantinya akan
tumbuh pemain-pemain dengan potansi dan kualitas kelas dunia. Ketiga, PSSI harus membekali para pemain
muda ini dengan pengalaman. Tidak dapat dipungkiri pengalaman merupakan salah
satu faktor penting dalam menguji kualitas para pemain bola terutama mental
bertanding. Pengalaman bisa diperoleh dengan menyusun kompetisi yang
berkualitas, mengirim pemain-pemain paling berbakat ke tempat-tempat pembinaan
kelas dunia di negara yang sepak bolanya maju seperti Spanyol, Belanda, Jerman,
Brasil dan lainnya. Dengan penempaan pengalaman dan mental yang kuat nantinya
para pemain muda ini akan tumbuh menjadi pemain bermental juara. Dan PR PSSI
yang terakhir, benahi kompetisi dalam negeri. Sepak bola negeri ini makin hari
makin tercoreng dengan carut marutnya kompetisi sepak bola dalam negeri.
Kompetisi yang tidak sehat akan selalu berakhir dengan kerusuhan dan bentrokan
yang ujung-ujungnya selalu merugikan berbagai pihak. Dengan kompetisi yang
berkualitas, pemain muda ini siap untuk menjadi pemain professional. Sehingga
nantinya dapat memperoleh penghasilan yang dapat memajukan kualitas
kehidupannya.
Memang sangat tidak mudah untuk
melakukan itu semua demi membangkitkan persepak-bolaan di Indonesia. Namun,
semua mimpi dan cita-cita juga akan mustahil terwujud tanpa melakukan
tindakan-tindakan yang pasti dan kerja keras. Usah yang terus menerus dan
dukungan berbagai pihak nantinya akan melambungkan kembali sepak-bola Indonesia
di dunia internasional. Bravo, sepak bola Indonesia!